proestate.id – Kebijakan tarif impor Donald Trump yang diberlakukan pada 3 April 2025 tidak hanya memicu ketegangan perdagangan global, tetapi juga meningkatkan risiko resesi di AS hingga 35% dalam 12 bulan ke depan.
Artikel ini mengupas mekanisme transmisi krisis, dampak geopolitik, dan implikasinya terhadap tatanan ekonomi dunia.
Mekanisme Transmisi Krisis: Dari Tarif ke Resesi
1. Inflasi Struktural yang Tak Terkendali
Kenaikan tarif impor 10% pada 92% produk termasuk komponen elektronik dan otomotif memicu lonjakan harga barang konsumen sebesar 7-12%.
Sektor manufaktur AS yang bergantung pada impor bahan baku terancam kehilangan daya saing, sementara rumah tangga diperkirakan kehilangan $1.200/tahun akibat mahalnya harga pangan dan energi.
2. Erosi Daya Beli dan Pengangguran Sektoral
Inflasi tinggi memaksa The Fed mempertahankan suku bunga di kisaran 5,25-5,5% meski ekonomi melambat.
Akibatnya, 250.000 pekerjaan di sektor logistik dan ritel berisiko hilang, memperparah ketimpangan pendapatan.
3. Defisit Fiskal yang Membengkak
Pendapatan tarif $100 miliar/tahun tidak mampu menutupi defisit perdagangan AS sebesar $1,1 triliun (2024).
Pemerintah AS terpaksa menerbitkan obligasi tambahan senilai $800 miliar, meningkatkan risiko gagal bayar jangka panjang.
Misteri Pengecualian Rusia: Strategi di Balik Tarif
Meski menjadi rival geopolitik, Rusia lolos dari kebijakan tarif Trump. Analisis mengungkap tiga alasan kunci:
- Sanksi yang Sudah Ekstrem: Perdagangan AS-Rusia anjlok 89% sejak 2022 akibat 28.595 sanksi Barat.
- Ketergantungan Energi: AS masih mengimpor 12% uranium nuklir dari Rusia—komoditas kritis yang dikecualikan dari tarif.
- Lobi Terselubung: Pembicaraan rahasia Trump-Putin tentang pembagian pengaruh di Ukraina dan Suriah, meski Kremlin membantahnya.
Proyeksi Ekonomi Rusia:
- Kontraksi PDB ke 0,5-2% (2026) akibat sanksi dan harga minyak $65/barel.
- Inflasi kronis 7-8% memaksa suku bunga tetap di 21%.
- Strategi alternatif: 68% transaksi BRICS+ menggunakan mata uang lokal, naik dari 26% (2023)[5].
Dampak Global: Pergeseran Kekuatan ke BRICS+
Blok BRICS+ Menguat, AS Terancam Isolasi
- Ekspansi Anggota: Masuknya Indonesia, Iran, dan Mesir (2025) mendongkrak PDB BRICS+ menjadi $38 triliun (35% global).
- Sistem Pembayaran Alternatif: BRICS Pay menggantikan 22% transaksi dolar dengan mata uang lokal.
- Krisis China: Tarif AS 54% mengancam ekspor $550 miliar/tahun, memaksa relokasi produksi ke Vietnam dan Malaysia.
Uni Eropa: Retaliasi dan Krisis Energi
- UE membalas dengan pembatasan impor jagung AS senilai €7 miliar/tahun.
- Harga gas alam melonjak 40% akibat gangguan pasokan Rusia via Nord Stream[4].
ASEAN: Kebijakan Terfragmentasi
- Vietnam: Ekspor tekstil turun 18% akibat tarif 28%[1].
- Indonesia: Kehilangan $4,2 miliar ekspor otomotif ke AS[1][5].
- Malaysia: Bebas tarif berkat investasi semikonduktor AS $52 miliar di Penang[1].
Masa Depan AS-Rusia: Dua Skenario Utama
1. Skenario Konflik Terkendali
- AS izinkan impor pupuk Rusia $1,2 miliar/tahun sebagai imbalan pengurangan pasokan senjata ke Iran.
- Joint venture ExxonMobil-Rosneft senilai $18 miliar untuk eksplorasi minyak Arktik (2026).
2. Skenario Eskalasi
- AS tingkatkan dukungan senjata ke Ukraina menjadi $50 miliar/tahun, picu pembekuan aset Rusia $300 miliar.
- Uji coba rudal hipersonik Zircon Rusia memicu sanksi teknologi AS di sektor mikrochip.
Rekomendasi Kebijakan untuk Mitigasi Krisis
Untuk AS:
- Moratorium tarif 6 bulan untuk produk farmasi dan pangan[6].
- Negosiasi kuota ekspor dengan BRICS+ untuk hindari resesi global[5].
Untuk Rusia:
- Diversifikasi ekspor ke Afrika via jalur logistik Iran-India[4].
- Reformasi pajak progresif (15-25%) kurangi ketergantungan pada energi[4].
Untuk BRICS+:
- Percepat pendirian BRICS Development Bank dengan modal $200 miliar[5].
- Standarisasi sertifikasi halal untuk produk makanan anggota[5].
Sintesis: Pergeseran Kekuatan Ekonomi Global
Kebijakan Trump menciptakan paradoks: upaya pulihkan industri AS justru mempercepat migrasi kekuatan ekonomi ke BRICS+.
Sementara AS berisiko resesi teknis pada Q4 2025, Rusia dan BRICS+ memanfaatkan vacuum power untuk bangun sistem keuangan alternatif.
Jika BRICS+ sukses dengan BRICS Pay dan aliansi strategis, dominasi dolar AS bisa terus tergerus mengubah peta ekonomi global secara permanen.