Dr. Elara diam sejenak, matanya menatap Aiden dengan serius. “Aiden, apa yang kamu temukan?”
“Apa yang saya temukan adalah bukti bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar eksperimen ilmiah di sini, Tuan,” ujar Aiden dengan mantap. “Saya menemukan buku catatan lama yang tidak terdaftar dalam inventaris laboratorium. Di dalamnya, saya menemukan catatan-catatan tentang eksperimen awal Proyek X, catatan yang jelas-jelas menggambarkan upaya untuk berhubungan dengan entitas-entitas atau kekuatan yang tidak dapat kita lihat atau pahami dengan cara ilmiah biasa.”
Dr. Elara mendengarkan dengan hati-hati, ekspresinya tetap serius. “Apa yang kamu maksud dengan ‘entitas yang tidak dapat kita lihat atau pahami’?”
“Apa yang saya baca menyarankan bahwa Proyek X bukan hanya tentang menggabungkan teknologi canggih dengan manusia atau menciptakan makhluk baru. Ini tentang memahami dimensi-dimensi lain, tentang mencoba untuk menguasai kekuatan-kekuatan yang berada di luar batas pengetahuan manusia biasa,” jelas Aiden, mencoba merangkai kata-kata dengan hati-hati.
Dr. Elara mengangguk perlahan. “Apa yang kamu temukan di buku catatan itu, Aiden, memang mencerminkan bagian dari visi kami untuk Proyek X. Kami percaya bahwa dengan memahami lebih dalam tentang alam semesta ini, kita bisa mencapai evolusi manusia yang lebih tinggi.”
“Akan tetapi, Tuan, ada risiko besar yang terlibat di sini,” sambung Aiden dengan penuh pertimbangan. “Catatan-catatan itu juga mengungkapkan kegagalan eksperimen yang menyebabkan bahaya besar bagi keselamatan laboratorium dan tim. Saya tidak yakin apakah kita sepenuhnya siap untuk menghadapi konsekuensi dari eksperimen yang semakin kompleks dan berbahaya.”
Dr. Elara mengangguk, wajahnya masih serius. “Aiden, apa yang kamu temukan adalah sesuatu yang seharusnya kami diskusikan bersama sebagai tim. Saya menghargai kejujuranmu dalam membawa ini ke permukaan. Namun, kamu juga harus memahami bahwa apa yang kita lakukan di sini memang memiliki risiko besar. Itu sebabnya kami memilih untuk bekerja di bawah ketatnya kerahasiaan.”
“Apa yang seharusnya kita lakukan sekarang, Tuan?” tanya Aiden, matanya mencari petunjuk.
Dr. Elara memikirkan jawabannya dengan cermat. “Kita harus mengevaluasi kembali semua data yang kamu temukan. Kita perlu memahami apakah ada potensi bahaya yang belum kita perhitungkan dengan baik. Setelah itu, kita akan membuat keputusan bersama sebagai tim.”
“Apa yang seharusnya saya lakukan dengan informasi ini?” tanya Aiden dengan suara yang terdengar ragu.
Dr. Elara menatap Aiden dengan penuh keyakinan. “Aiden, kamu memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa apa pun yang kamu temukan tidak digunakan untuk merugikan proyek ini atau membahayakan keamanan kita semua. Aku percaya kamu akan membuat keputusan yang tepat.”
Aiden mengangguk, meskipun dia masih merasa terombang-ambing antara rasa ingin tahu akan kebenaran dan kewajibannya untuk menjaga rahasia. Dia menyadari bahwa keputusannya akan mempengaruhi tidak hanya dirinya sendiri, tetapi juga semua orang di laboratorium ini.
Setelah berdiskusi dengan Dr. Elara, Aiden merasa perlu untuk melakukan evaluasi lebih lanjut terhadap semua data yang dia temukan. Dia menyusun berbagai catatan, mencoba untuk menghubungkan setiap potongan informasi yang dia miliki. Tugas ini membutuhkan waktu dan ketelitian yang besar, tetapi dia merasa bahwa ini adalah langkah yang perlu dia ambil untuk memahami situasi dengan lebih baik.
Ketika malam tiba, Aiden masih sibuk di ruang kerjanya, duduk di depan komputer dengan matanya yang lelah tetapi tekad yang bulat. Dia menggali lebih dalam lagi ke dalam setiap detail eksperimen, mencari pola atau indikasi yang mungkin terlewatkan sebelumnya.
Tiba-tiba, sebuah e-mail masuk ke dalam kotak masuknya. Subjeknya tidak biasa: “Pesan Penting: Informasi Rahasia.” Aiden merasa aneh, karena e-mail semacam ini jarang sekali dia terima di dalam jaringan laboratorium yang sangat terlindungi ini.
Dengan hati-hati, Aiden membuka e-mail tersebut. Isinya hanya beberapa kalimat pendek, tetapi isinya mengguncangnya secara mendalam:
“Ada yang perlu kamu ketahui tentang Proyek X. Saya bisa memberikan informasi lebih lanjut. Temui saya di ruang bawah tanah laboratorium pada malam ini, jam 10 malam. Jangan beri tahu siapa pun.”
Pesan itu tidak ditandatangani, dan sumbernya tidak jelas. Aiden merasa ragu-ragu. Apakah ini jebakan atau benar-benar ada seseorang yang memiliki informasi penting yang harus dia ketahui?
Dia merenung sejenak, memutuskan bahwa risiko untuk tidak mencari tahu lebih lanjut terlalu besar. Dengan hati-hati, dia menyimpan e-mail itu dan bersiap-siap untuk menemui pengirimnya di ruang bawah tanah pada malam itu.
***
Pukul 10 malam, Aiden menyelinap ke ruang bawah tanah laboratorium. Dia merasa tegang, tidak tahu apa yang akan dia temukan di sana. Ruangan itu sepi dan gelap, hanya diterangi oleh lampu-lampu kecil yang terpasang di dinding.
“Dia pasti sudah menunggu,” gumam Aiden dalam hati, langkahnya perlahan tetapi mantap mendekati pintu di ujung lorong. Saat dia mendekati, dia bisa merasakan detak jantungnya semakin cepat.
Ketika dia tiba di depan pintu, dia menarik nafas dalam-dalam sebelum membuka pintu itu perlahan. Di dalamnya, dia melihat seseorang duduk di meja kecil di tengah ruangan. Sosok itu membalikkan kursinya, dan Aiden terkejut melihat wajah yang sudah tidak asing lagi baginya.
“Anda datang,” ucap sosok itu dengan suara bergetar.
“Saya tidak tahu apakah ini adalah keputusan yang tepat,” kata Aiden ragu.
“Saya tahu Anda memiliki pertanyaan. Saya di sini untuk memberi Anda jawaban,” ucapnya lagi sambil menatap Aiden.