proestate.id – Tanggal 2 April 2025, Presiden AS Donald Trump mengumumkan kebijakan “Liberation Day”, sebuah langkah agresif dalam perang dagang global yang berpotensi mengubah lanskap ekonomi dunia.
Kebijakan ini menetapkan tarif baru bagi negara-negara dengan defisit perdagangan tinggi dengan AS, termasuk Tiongkok, Vietnam, Meksiko, dan Indonesia.
Kebijakan ini memicu dua respons utama: kepanikan di pasar global dan optimisme sebagian pihak yang melihat peluang restrukturisasi ekonomi.
Apakah ini akan menjadi awal resesi bagi Indonesia, atau justru menjadi pemicu reformasi ekonomi yang lebih kuat?
Artikel ini akan menganalisis dampak Liberation Day dari dua sudut pandang: sebagai ancaman besar bagi ekonomi Indonesia, serta sebagai peluang untuk membangun daya saing yang lebih kuat di tengah ketidakpastian global.
1. Apakah Liberation Day Akan Mendorong Indonesia ke Resesi?
A. Efek Negatif: Pelemahan Rupiah dan Lonjakan Inflasi
Kebijakan ini memperketat akses pasar AS bagi eksportir Indonesia, yang selama ini mengandalkan permintaan dari AS untuk produk seperti:
- Tekstil dan pakaian jadi
- Produk elektronik dan komponen otomotif
- Karet, kelapa sawit, dan produk pertanian lainnya
Menurut Trading Economics (2025), pada 28 Februari 2025, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sudah melemah ke 16.531 per USD, turun dari 16.561 pada sesi sebelumnya.
Jika ekspor Indonesia ke AS mengalami penurunan drastis, rupiah bisa semakin tertekan, mempercepat inflasi karena biaya impor meningkat.
Dampak potensial:
✅ Harga barang impor naik, terutama bahan baku industri dan energi
✅ Daya beli masyarakat menurun akibat kenaikan harga kebutuhan pokok
✅ Bank Indonesia mungkin harus menaikkan suku bunga untuk menstabilkan rupiah, memperlambat pertumbuhan ekonomi.
B. Kapitalisasi Pasar dan Arus Modal Asing Bisa Terancam
BEI mencatat jumlah investor pasar modal Indonesia mencapai 15 juta SID pada Januari 2025 (Ipotnews, 2025).
Namun, dengan ketidakpastian global yang meningkat, ada kemungkinan besar modal asing akan keluar dari Indonesia, mencari pasar yang lebih aman seperti AS dan Eropa.
Menurut DPR RI (2025), dampak dari Liberation Day dapat memangkas pertumbuhan ekonomi global sebesar 0,8% pada 2025 dan 1,3% pada 2026.
Dampak potensial:
✅ Investor asing menarik modalnya dari pasar modal Indonesia
✅ IHSG bisa mengalami koreksi tajam, mengurangi kepercayaan investor domestik
✅ Proyek infrastruktur dan startup berbasis modal ventura mungkin mengalami kesulitan pendanaan.
2. Apakah Indonesia Bisa Memanfaatkan Liberation Day sebagai Peluang?
Meskipun banyak analis melihat Liberation Day sebagai ancaman, beberapa pihak justru melihatnya sebagai peluang untuk mengurangi ketergantungan pada AS dan memperkuat ekonomi domestik.
A. Diversifikasi Pasar Ekspor: Fokus ke Asia dan Timur Tengah
Saat ini, ekspor Indonesia ke AS hanya sekitar 10% dari total ekspor nasional, jauh lebih kecil dibandingkan ekspor ke Tiongkok, ASEAN, dan Uni Eropa.
Jika Indonesia mampu mendiversifikasi ekspor ke Asia, Timur Tengah, dan Afrika, ketergantungan terhadap AS dapat dikurangi.
Langkah potensial:
✅ Meningkatkan ekspor produk manufaktur ke India, Uni Emirat Arab, dan Jepang
✅ Memanfaatkan perjanjian dagang RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership) untuk memperkuat ekspor ke negara-negara Asia
✅ Meningkatkan produksi bahan baku lokal agar tidak terlalu bergantung pada impor.
B. Mendorong Hilirisasi Industri dan Kemandirian Ekonomi
DPR RI (2025) mencatat bahwa hilirisasi industri mineral dan batubara dapat menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025.
Dengan kebijakan AS yang semakin proteksionis, pemerintah Indonesia dapat mempercepat hilirisasi industri lokal untuk mengurangi ketergantungan pada bahan baku impor.
Dampak Positif:
✅ Menciptakan lapangan kerja di sektor industri hilir
✅ Mengurangi defisit perdagangan karena lebih banyak produk diolah di dalam negeri
✅ Meningkatkan pendapatan negara dari ekspor produk bernilai tambah.
C. Meningkatkan Investasi Domestik untuk Mengurangi Ketergantungan Modal Asing
Saat ini, BEI menargetkan pertumbuhan 2 juta investor baru pada 2025 (Tempo, 2025). Jika pemerintah mampu mendorong lebih banyak investor domestik untuk masuk ke pasar modal, Indonesia bisa lebih tahan terhadap tekanan global.
Langkah potensial:
✅ Meningkatkan literasi keuangan untuk menarik lebih banyak investor retail
✅ Mempercepat digitalisasi sektor keuangan untuk menarik lebih banyak modal lokal
✅ Mendorong startup dan UMKM untuk masuk ke pasar modal sebagai sumber pendanaan baru.
Kesimpulan: Apakah Indonesia Akan Menghadapi Resesi atau Bertahan?
Liberation Day membawa risiko besar bagi ekonomi Indonesia, terutama dalam hal pelemahan rupiah, lonjakan inflasi, dan penurunan investasi asing. Namun, di sisi lain, kebijakan ini juga bisa menjadi pemicu reformasi ekonomi yang lebih mandiri dan kuat.
Jika Indonesia gagal beradaptasi:
🚨 Rupiah bisa semakin melemah hingga di atas 17.000 per USD
🚨 Investasi asing bisa anjlok, memperparah perlambatan ekonomi
🚨 IHSG bisa turun drastis akibat keluarnya investor asing
Namun, jika Indonesia berhasil mengambil langkah strategis:
✅ Diversifikasi ekspor bisa mengurangi ketergantungan pada AS
✅ Hilirisasi industri dapat memperkuat ekonomi domestik
✅ Meningkatkan investasi domestik dapat membuat ekonomi lebih tahan guncangan
Kesimpulannya, apakah Liberation Day akan membawa Indonesia ke jurang resesi atau menjadi batu loncatan menuju ekonomi yang lebih mandiri? Jawabannya ada pada kebijakan dan respons pemerintah dalam beberapa bulan ke depan.