Mengapa Warren Buffett Memilih Menjadi Investor Daripada Pebisnis?

zain
By zain
9 Min Read
Mengapa Warren Buffett Memilih Menjadi Investor Daripada Pebisnis? (Ilustrasi)

ProEstate.id – Warren Buffett, salah satu orang terkaya di dunia, sering dijuluki “Oracle of Omaha” karena kemampuannya yang luar biasa dalam berinvestasi. Namun, ada satu hal menarik yang sering menjadi bahan diskusi:

mengapa Buffett memilih menjadi seorang investor dan bukan seorang pebisnis?

Saya akan mengajak anda untuk menganalisis pilihan Buffett, apakah berbisnis itu sulit dan hanya untuk orang tertentu, serta apakah investasi dapat menjadi jalan bagi semua orang.

mari kita eksplorasi pilihan Buffett dan pelajaran yang bisa Anda ambil darinya.

Mengapa Nasihat Warren Buffett Relevan untuk Pasar Properti Indonesia (Ilustrasi)

Perbedaan Utama: Berbisnis vs. Berinvestasi

Untuk memahami keputusan Buffett, kita perlu membedah perbedaan mendasar antara berbisnis dan berinvestasi. Keduanya memiliki kelebihan dan tantangan masing-masing yang akan memengaruhi keputusan Anda.

1. Apa Itu Berbisnis?

Berbisnis berarti Anda terlibat langsung dalam operasional perusahaan. Anda bertanggung jawab atas tim, produk, pemasaran, dan strategi bisnis sehari-hari. Jeff Bezos dan Elon Musk adalah contoh pebisnis hebat yang berhasil membangun kerajaan bisnis mereka dari nol.

Namun, menjalankan bisnis tidak mudah. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa lebih dari 50% UMKM di Indonesia gagal dalam tiga tahun pertama. Sebagian besar kegagalan ini disebabkan oleh manajemen yang buruk, kurangnya modal, dan ketidakmampuan beradaptasi dengan perubahan pasar.

Sebagai pebisnis, Anda harus memiliki keterampilan kepemimpinan yang kuat, daya tahan tinggi terhadap stres, dan kemampuan untuk membuat keputusan cepat di tengah ketidakpastian.

2. Apa Itu Berinvestasi?

Sebaliknya, menjadi seorang investor berarti Anda membeli sebagian kepemilikan dalam bisnis (melalui saham, properti, atau aset lainnya) tanpa terlibat langsung dalam operasionalnya.

Fokus Anda adalah menganalisis nilai bisnis, memproyeksikan pertumbuhan, dan memaksimalkan keuntungan dari modal yang Anda tanamkan.

Warren Buffett adalah contoh investor yang sukses tanpa harus menjadi CEO dari perusahaan-perusahaan yang ia miliki.

Melalui Berkshire Hathaway, Buffett memiliki saham di berbagai perusahaan besar seperti Coca-Cola, Apple, dan American Express, tanpa terlibat dalam operasional harian mereka.

Sebagai investor, Anda membutuhkan kesabaran, pemahaman mendalam tentang analisis keuangan, dan kemampuan untuk membuat keputusan berbasis data, bukan emosi.

3. Perbandingan Utama

  • Berbisnis: Membutuhkan kreativitas, kepemimpinan, dan manajemen risiko yang tinggi.
  • Berinvestasi: Fokus pada analisis dan pengambilan keputusan strategis, dengan keterlibatan operasional yang minimal.

Apakah Anda lebih nyaman memimpin tim dan menjalankan bisnis, ataukah Anda lebih suka menganalisis dan membuat keputusan investasi?

Mengapa Buffett Memilih Menjadi Investor?

Keputusan Buffett untuk fokus pada investasi, bukan berbisnis, bukanlah kebetulan. Ada beberapa alasan yang mendasari pilihannya:

1. Keunggulan Buffett sebagai Investor

Buffett memiliki kemampuan luar biasa dalam menilai nilai intrinsik bisnis. Filosofi “value investing” yang ia anut mengajarkan bahwa membeli bisnis dengan harga yang undervalued akan memberikan keuntungan besar dalam jangka panjang.

Buffett juga terkenal karena kemampuannya untuk berpikir jangka panjang. Ketika kebanyakan orang terjebak dalam fluktuasi pasar harian, Buffett tetap fokus pada potensi pertumbuhan bisnis selama dekade berikutnya.

Contohnya, ia membeli saham Coca-Cola pada tahun 1988 dan masih memegangnya hingga hari ini, dengan keuntungan yang terus meningkat.

2. Efisiensi Waktu dan Energi

Berinvestasi memungkinkan Buffett untuk mengelola portofolio berbagai perusahaan tanpa harus terlibat langsung dalam operasional mereka.

Sebaliknya, jika ia memilih menjadi seorang pebisnis, fokusnya akan terpecah pada berbagai aspek manajemen, seperti konflik tim, logistik, dan pemasaran.

Sebagai investor, Buffett dapat menggunakan waktunya untuk menganalisis lebih banyak peluang bisnis dan memaksimalkan hasil dari modalnya. Filosofi ini sejalan dengan prinsip efisiensi yang ia pegang teguh.

3. Risiko Operasional yang Lebih Rendah

Mengelola bisnis berarti menghadapi risiko harian, mulai dari persaingan pasar hingga gangguan rantai pasok. Buffett memahami bahwa menjadi investor memungkinkan dirinya untuk meminimalkan risiko ini.

Dengan membeli saham di perusahaan yang dikelola oleh manajemen yang andal, Buffett dapat fokus pada strategi makro tanpa harus menangani detail operasional.

Apakah Anda lebih nyaman menghindari risiko operasional dan fokus pada strategi besar seperti Buffett, ataukah Anda ingin menghadapi tantangan bisnis secara langsung?

Apakah Berbisnis Itu Sulit dan Hanya untuk Orang Tertentu?

1. Tantangan Berbisnis

Berbisnis bukanlah jalan yang mudah. Data dari Global Entrepreneurship Monitor (GEM) menunjukkan bahwa 60% bisnis baru gagal dalam lima tahun pertama. Penyebab utama meliputi kurangnya perencanaan, masalah pendanaan, dan persaingan yang ketat.

Selain itu, menjalankan bisnis membutuhkan keterampilan kepemimpinan, daya tahan mental, dan kemampuan untuk membuat keputusan cepat di tengah ketidakpastian.

Tidak semua orang memiliki karakteristik ini, sehingga berbisnis sering kali dianggap hanya cocok untuk orang-orang tertentu yang memiliki bakat atau pengalaman khusus.

2. Apakah Semua Orang Bisa Berbisnis?

Berbisnis mungkin tidak cocok untuk semua orang, tetapi itu bukan berarti mustahil untuk dipelajari.

Dengan pendidikan yang tepat, bimbingan, dan pengalaman, siapa pun sebenarnya dapat mencoba membangun bisnis mereka sendiri.

Namun, Anda perlu bertanya pada diri sendiri: Apakah saya siap menghadapi tekanan dan tantangan yang datang dengan menjadi seorang pebisnis?

Apakah Menjadi Investor Bisa untuk Semua Orang?

1. Keunggulan Menjadi Investor

Investasi adalah jalur yang lebih fleksibel dibandingkan berbisnis. Anda tidak perlu memiliki tim besar, kantor fisik, atau mengelola rantai pasokan. Dengan modal kecil, Anda sudah bisa mulai berinvestasi, misalnya melalui aplikasi investasi saham atau reksadana.

Menurut laporan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah investor di pasar modal Indonesia meningkat 35% pada tahun 2025, menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang mulai tertarik untuk menjadi investor.

2. Tantangan Menjadi Investor

Namun, menjadi investor juga tidak mudah. Anda membutuhkan pengetahuan mendalam tentang analisis keuangan, pemahaman pasar, dan yang terpenting, kesabaran. Banyak investor gagal karena mengambil keputusan berdasarkan emosi, bukan data.

Buffett pernah berkata, “Risiko datang dari tidak mengetahui apa yang Anda lakukan.” Ini mengingatkan bahwa investasi memerlukan waktu untuk belajar dan pengalaman sebelum benar-benar menguasainya.

3. Perbandingan dengan Berbisnis

  • Berbisnis: Anda memiliki kontrol penuh atas operasional dan hasil.
  • Berinvestasi: Anda memberikan kontrol kepada pihak lain (manajemen perusahaan), tetapi dengan risiko yang lebih terkendali.

Apakah Anda bersedia meluangkan waktu untuk mempelajari investasi dan bersabar untuk hasil jangka panjang, seperti yang dilakukan Buffett?

Mana yang Lebih Cocok untuk Anda?

1. Jika Anda Lebih Suka Kontrol Penuh

Berbisnis adalah pilihan yang lebih baik jika Anda menikmati membuat keputusan strategis, memimpin tim, dan menciptakan sesuatu dari nol.

2. Jika Anda Lebih Suka Kebebasan Waktu

Menjadi investor adalah jalur ideal jika Anda ingin fleksibilitas waktu dan tidak ingin terlibat dalam detail operasional.

3. Gabungkan Keduanya

Anda juga bisa menjadi pebisnis sekaligus investor. Misalnya, banyak pengusaha sukses menggunakan keuntungan bisnis mereka untuk berinvestasi di properti atau saham.

Kesimpulan: Pilihan Anda Ditentukan oleh Kekuatan dan Prioritas

Warren Buffett memilih menjadi investor karena ia memahami kekuatannya: kemampuan analitis, kesabaran, dan fokus pada jangka panjang. Keputusannya untuk menghindari operasional bisnis memberinya fleksibilitas untuk memaksimalkan hasil investasinya.

Bagi Anda, pilihan antara berbisnis dan berinvestasi tergantung pada kepribadian, keterampilan, dan prioritas hidup Anda. Apakah Anda lebih suka mengelola bisnis secara langsung atau menganalisis peluang dari balik layar?

Apapun pilihan Anda, yang terpenting adalah memiliki strategi, pengetahuan, dan ketekunan untuk mencapai kesuksesan. Jadi, pertanyaannya adalah: Apakah Anda akan memilih jalur Buffett, atau menciptakan jalan Anda sendiri?

An investor should act as though he had a lifetime decision card with just twenty punches on it.
(Seorang investor harus bertindak seolah-olah ia memiliki kartu keputusan seumur hidup dengan hanya dua puluh kesempatan.) Warren Buffett

Share This Article
Follow:
Seorang penulis dengan passion di dunia properti, senang menggali cerita di balik setiap ruang dan membangun koneksi antara tempat dengan orang-orangnya. Bagiku, properti bukan hanya tentang bangunan tetapi juga tentang mimpi, kenangan, dan kehidupan yang tercipta di dalamnya. Selalu haus akan inspirasi, suka berbagi wawasan, dan percaya bahwa kata-kata mampu membawa orang melihat lebih dari sekadar empat dinding. "Rumah adalah cerita pertama kita, dan aku di sini untuk menuliskannya."