proestate.id – Pasar saham Indonesia kembali menjadi sorotan setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami gejolak signifikan pasca-libur Lebaran.
Seperti rollercoaster, indeks utama Bursa Efek Indonesia (BEI) ini tercatat anjlok 7,90% pada Selasa (8/4/2025), mencetak penurunan terbesar dalam beberapa tahun terakhir.
Meski sempat mencoba bangkit pada Rabu (9/4), IHSG gagal bertahan di zona hijau dan ditutup melemah 0,47% ke level 5.967,99 masih di bawah psikologis 6.000.
Lantas, apa yang terjadi di balik volatilitas ini? Bagaimana proyeksi IHSG hari ini (10/4)? Dan di mana peluang investasi yang bisa diambil? Simak analisis lengkapnya!
Pergerakan IHSG: Dari Anjlok Dramatis ke Upaya Pemulihan yang Tertatih
Pukulan Pasca-Lebaran: IHSG Jatuh 7,90% dalam Sehari
Libur Lebaran yang seharusnya menjadi momen tenang justru berubah menjadi “mimpi buruk” bagi investor. Pada perdagangan Selasa (8/4), IHSG terjun bebas 514,48 poin (-7,90%) ke level 5.996,14.
Penurunan ini menjadi yang terbesar sejak krisis 2020, dipicu oleh aksi jual massal setelah pasar kembali dibuka pasca-libur panjang. Sentimen negatif terutama datang dari kebijakan tarif impor baru AS di bawah kepemimpinan Donald Trump, yang resmi berlaku pada 9 April 2025.
Menariknya, investor asing menjadi aktor utama di balik pelemahan ini. Data menunjukkan, mereka melakukan net sell Rp1,1 triliun di seluruh pasar pada Rabu (9/4), dengan saham-saham blue chip seperti Bank Central Asia (BBCA) dan Astra International (ASII) menjadi sasaran utama.
Upaya Pemulihan yang Gagal di Hari Kedua
Rabu (9/4) sempat memberikan harapan. IHSG dibuka menguat 1,42% ke level 6.081,091 di awal sesi, didorong oleh aksi bargain hunting. Namun, optimisme itu cepat pudar.
Menjelang penutupan, indeks kembali terperosok ke zona merah (-0,47%) dan ditutup di 5.967,99. Volume transaksi pun mencolok: Rp12,08 triliun dengan 18,6 miliar saham berpindah tangan tanda bahwa volatilitas masih tinggi dan kepercayaan investor belum pulih sepenuhnya.
Proyeksi Hari Ini (10 April 2025): Peluang Terbatas di Tengah Bayang-bayang Koreksi
Rentang Support-Resistance: 5.880–6.160
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, memprediksi IHSG hari ini berpeluang menguji level resistance 6.122–6.196.
Namun, ia mengingatkan: penguatan mungkin terbatas. Jika gagal menembus zona tersebut, koreksi lanjutan berpotensi terjadi dengan target support 5.633–5.770.
Sementara itu, PT Pilarmas Investindo Sekuritas memberi rentang lebih optimis: 5.880 (support) dan 6.160 (resistance).
Faktor Eksternal: Trump dan Tarif yang Mengguncang Pasar
Kebijakan tarif impor Trump tetap menjadi ancaman utama. Meski pasar AS merespons positif penundaan sebagian tarif (Wall Street menguat 1,5%), dampaknya ke Indonesia masih ambigu.
Sejumlah analis khawatir kebijakan ini akan memukul ekspor komoditas Indonesia, terutama di sektor energi dan pertambangan. Selain itu, penguatan dolar AS pasca-kebijakan Trump juga berpotensi menekan Rupiah, yang bisa memicu aksi jual lebih lanjut oleh investor asing.
Sektor dan Saham: Ada yang Terkapar, Ada yang Bertahan
Sektor Tertekan vs. Sektor Penyelamat
Pada perdagangan Rabu (9/4), enam dari 11 sektor tercatat di zona merah. Sektor Basic Industry menjadi yang terparah (-3,07%), disusul Cyclical (-2,24%) dan Energy (-1,43%).
Pelemahan ini sejalan dengan kekhawatiran atas kebijakan AS yang bisa mengurangi permintaan global untuk komoditas Indonesia.
Di sisi lain, sektor Infrastruktur (+0,94%) dan Kesehatan (+0,78%) tampil sebagai penyelamat.
Kenaikan sektor infrastruktur didorong oleh ekspektasi proyek pemerintah pasca-Lebaran, sementara sektor kesehatan tetap resilien karena sifat defensifnya di tengah ketidakpastian.
Saham-saham yang Jadi Korban
Beberapa saham blue chip tercatat mengalami penurunan tajam pada Selasa (8/4):
- Gudang Garam (GGRM): -14,95% (tertekan isu kenaikan cukai rokok).
- Semen Indonesia (SMGR): -14,75% (imbas penurunan permintaan properti).
- United Tractors (UNTR): -14,65% (dampak pelemahan harga batubara).
- Bank Central Asia (BBCA): -8,53% (profit-taking pasca kinerja kuartal I yang kurang menggembirakan).
Rekomendasi Saham Hari Ini: Cuan di Tengah Badai
Beberapa analis memberikan rekomendasi saham untuk hari ini:
- PT MNC Sekuritas: AADI (Adaro Andalan Indonesia), BRIS (Bank Syariah Indonesia), DEWA (Darma Henwa), INDF (Indofood).
- PT Pilarmas Investindo: ANTM (Aneka Tambang), ENRG (Energi Mega Persada), TINS (Timah).
Saham-saham energi dan pertambangan dipilih karena potensi kenaikan harga komoditas menyusul gejolak geopolitik, sementara saham perbankan syariah (BRIS) dianggap lebih tahan terhadap guncangan suku bunga.
Dividen Menjadi Oasis di Tengah Koreksi
Bank BUMN: Dividen Yield Hingga 10%
Momen koreksi IHSG justru membuka peluang dividen yield menarik, terutama dari emiten perbankan BUMN:
- Bank Mandiri (BMRI): Dividen Rp466,16/lembar (yield ~10% di harga Rp4.730).
- BNI (BBNI): Yield 9,35%.
- BRI (BBRI): Total dividen Rp354/lembar (yield 9,48% di harga Rp3.620).
- BTN (BBTN): Yield 6,49% dengan dividen Rp53,57/lembar.
Emiten Non-Bank dengan Dividen Atraktif
- Wahana Ottomitra Multiartha (WOMF): Yield di atas 5%.
- Adira Dinamika Multi Finance (ADMF): Menjanjikan bagi hasil tinggi di tengah pertumbuhan sektor pembiayaan.
Para analis menyarankan investor untuk memanfaatkan momen koreksi ini guna mengakumulasi saham-saham dividen, terutama yang memiliki cum date dalam waktu dekat.
Faktor Eksternal: Trump dan Domino Efek ke Pasar Indonesia
Kebijakan tarif impor Trump yang mulai berlaku 9 April 2025 telah memicu ketakutan global. Meski pasar AS merespons positif isu penundaan sebagian tarif, Indonesia tetap rentan karena:
- Ekspor Komoditas: Tarif AS bisa mengurangi permintaan batubara, CPO, dan produk tambang lainnya.
- Aliran Modal Asing: Penguatan dolar AS berisiko memicu capital outflow dari pasar emerging markets, termasuk Indonesia.
- Tekanan Inflasi: Kenaikan harga impor bahan baku akibat tarif bisa memicu inflasi domestik.
Namun, ada secercah harapan: beberapa analis menyebut ketegangan AS-China mungkin mengalihkan permintaan komoditas ke Indonesia, asalkan pemerintah bisa memanfaatkan peluang ini.
Kesimpulan: Waspada, tapi Jangan Lewatkan Peluang
IHSG diperkirakan masih akan bergerak dalam koreksi terbatas hari ini (10/4). Meski ada peluang rebound, level 6.000–6.160 akan menjadi resistance berat. Investor disarankan:
- Fokus pada saham defensif (infrastruktur, kesehatan) dan emiten dividen.
- Pantau pergerakan Rupiah dan kebijakan BI, terutama respons terhadap tekanan inflasi.
- Manfaatkan volatilitas untuk akumulasi saham blue chip yang oversold, seperti BBCA atau UNTR.
Di tengah gejolak global, pasar Indonesia tetap menawarkan peluang—asal investor bisa membaca tren dengan cermat.
Seperti kata legenda investasi Warren Buffett: “Ketika orang lain serakah, jadilah takut. Ketika orang lain takut, jadilah serakah.” Mungkin, inilah saatnya untuk mulai “serakah” dengan bijak.