proestate.id – Amazon, melalui proyek ambisiusnya Project Kuiper, telah memulai langkah besar dalam persaingan layanan internet berbasis satelit.
Dengan peluncuran 27 satelit baru, Amazon berusaha menantang dominasi Starlink, layanan serupa yang dikembangkan oleh SpaceX di bawah kepemimpinan Elon Musk.
Persaingan ini tidak hanya menjadi pertarungan teknologi, tetapi juga mencerminkan rivalitas antara dua tokoh besar dunia bisnis dan teknologi: Jeff Bezos dan Elon Musk.
Gambaran Umum Project Kuiper
Project Kuiper adalah upaya Amazon untuk menyediakan akses internet broadband melalui konstelasi satelit di orbit rendah bumi (Low Earth Orbit, LEO).
Proyek ini bertujuan untuk menjangkau area terpencil yang sulit dijangkau oleh infrastruktur tradisional.
Amazon berencana meluncurkan total 3.236 satelit pada tahun 2029, dengan setengahnya harus sudah berada di orbit pada Juli 2026 sesuai persyaratan FCC.
Peluncuran awal dua satelit prototipe KuiperSat-1 dan KuiperSat-2 pada tahun lalu telah menunjukkan kemampuan untuk melakukan panggilan video dua arah dan transfer data menggunakan teknologi optik antar-satelit.

Dengan fasilitas produksi satelit yang mampu menghasilkan hingga lima unit per hari, Amazon optimis dapat memenuhi target peluncuran massal mulai tahun 2024.
Di sisi lain, Starlink telah menjadi pemain dominan dalam layanan internet berbasis satelit sejak diluncurkan pada tahun 2019.
Dengan lebih dari 3.500 satelit yang sudah beroperasi, Starlink menawarkan kecepatan tinggi dan latensi rendah kepada pengguna di seluruh dunia, terutama di daerah terpencil.
Strategi peluncuran mingguan SpaceX memungkinkan Starlink memperluas cakupan dengan cepat, menjadikannya pilihan utama bagi konsumen saat ini.
Elon Musk juga memanfaatkan teknologi canggih seperti Hall-effect ion thrusters untuk meningkatkan efisiensi operasional satelit Starlink.
Selain itu, fokusnya pada penetrasi pasar langsung ke konsumen telah membantu Starlink membangun basis pelanggan yang kuat di lebih dari 40 negara.