proestate.id – Pasar properti dan real estate Indonesia pada Mei 2025 menunjukkan dinamika menarik:
pertumbuhan menjanjikan di tengah tantangan global dan lokal. Artikel ini mengupas data terkini, faktor pendorong, serta peluang yang perlu dicermati oleh calon pembeli, investor, dan pelaku industri.
Pemulihan Stabil dengan Kontribusi Signifikan ke PDB
Berdasarkan laporan Afiliasi Global Ritel Indonesia (AGRA), sektor properti diproyeksikan tumbuh stabil di 2025 dengan kenaikan investasi residensial dan komersial sebesar 15-18% year-on-year.
Kontribusinya terhadap PDB juga naik dari 10% (2024) menjadi 11,5% di 2025. Roy N. Mandey, Ketua AGRA, menegaskan optimisme ini meski dunia masih dilanda ketidakpastian ekonomi.
Program pemerintah membangun 3 juta rumah era Prabowo-Gibran turut memicu geliat pasar. Menurut PiHome, total inventori properti melonjak 130%, terutama di daerah dengan infrastruktur strategis seperti jalur tol dan kawasan industri.
Pencarian rumah sederhana (di bawah Rp200 juta) bahkan melesat 149%, didominasi Gen Z dan milenial.
Indikator Harga: Inflasi Terkendali, Namun Penjualan Masih Lesu
Data Bank Indonesia (BI) mengungkapkan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan IV 2024 tumbuh 1,39% year-on-year, lebih rendah dari triwulan sebelumnya (1,46%).
Perlambatan ini terutama terjadi di segmen rumah tipe kecil-menengah, di mana penjualan terkontraksi 15,09%.
Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi IHPB kelompok konstruksi hanya 0,10% (April 2025), sementara deflasi bulanan sebesar 0,05% menunjukkan stabilitas harga bahan bangunan.
Bank Indonesia juga memproyeksikan ekspektasi inflasi Mei 2025 lebih rendah (Indeks IEH 148,3 vs 159,6 sebelumnya), yang berpotensi menjaga daya beli masyarakat.
Segmentasi Pasar: Residensial vs Komersial
1. Properti Residensial: Rumah Sederhana Jadi Primadona
Permintaan rumah subsidi dan sederhana meledak di beberapa wilayah:
- Bandar Lampung: +593%
- Kabupaten Malang: +265%
- Kabupaten Tangerang: +120%
Program PPN DTP 100% (diperpanjang hingga Juni 2025) dan kenaikan kuota FLPP menjadi 800 ribu unit memperkuat tren ini.
Namun, tantangan muncul dari anggaran terbatas Kementerian PUPR (Rp5,07 triliun) dan kebijakan PPN 12% yang berpotensi membebani pengembang.
2. Properti Komersial: Ekosistem Bisnis Jadi Daya Tarik
Pengembang seperti Paramount Land fokus membangun kawasan terintegrasi. Contohnya, Maxim Square di Jakarta dipasarkan mulai Rp3,6 miliar dengan konsep “pusat ekonomi baru”.
Willson Kalip (Knight Frank Indonesia) menyebut relokasi bisnis ke Indonesia pada 2025-2026 akan mendorong permintaan properti komersial, terutama di kota-kota penyangga seperti Karawang dan Purwakarta.
Faktor Pendukung: Dari Suku Bunga hingga Infrastruktur
BI Rate 5,75%: Pertahankan sejak Januari 2025, mendorong kredit perumahan (KPR) tumbuh 20%.
Proyek Strategis:
- IKN: Tender proyek jalan senilai Rp3,4 triliun di KIPP mulai Mei 2025.
- 34 Proyek KPBU: Bidang air, jalan, dan perumahan akan digarap PUPR.
Digitalisasi: Platform seperti Pihome dan OLX meningkatkan transparansi pasar, memudahkan generasi muda mencari properti.
Tantangan: Perlambatan Sementara dan Disparitas Produk
Meski prospek positif, Indonesia Property Watch (IPW) memprediksi pasar properti semester I-2025 masih lesu.
Ali Tranghanda (IPW) menyoroti ketidaksesuaian antara produk yang ditawarkan pengembang dan kebutuhan pasar. Misalnya, oversupply apartemen mewah di Jakarta vs permintaan rumah subsidi di daerah.
Kenaikan upah minimum dan harga material konstruksi juga menjadi beban, terutama bagi pengembang kecil.
Peluang Investasi: Lokasi dan Segmen Tepat adalah Kunci
- Rumah Subsidi: Daerah penyangga ibu kota (Bogor, Depok, Tangerang) dan kota kedua (Surabaya, Medan) menjanjikan capital gain tinggi.
- Properti Komersial: Kawasan industri dan mixed-use development di sekitar infrastruktur baru (Tol Trans Jawa, Bandara Internasional di Bali) berpotensi naik 10-15% per tahun.
- IKN: Properti di Kalimantan Timur mulai dilirik investor, meski masih berisiko tinggi.
Kesimpulan: Momentum Tepat dengan Strategi Matang
Pasar properti Indonesia 2025 ibarat “dua sisi koin”: optimisme dari program pemerintah dan infrastruktur vs tantangan inflasi dan daya beli.
Bagi masyarakat, Mei 2025 bisa jadi waktu ideal membeli rumah pertama berkat insentif PPN DTP dan suku bunga stabil. Investor disarankan fokus pada segmen residensial terjangkau dan properti komersial di kawasan strategis.
Dengan pemulihan ekonomi yang berkelanjutan, sektor ini diprediksi semakin solid memasuki 2026, terutama jika program 3 juta rumah terealisasi maksimal.
Panangian Simanungkalit, Pengamat Properti, menegaskan: “2025-2029 adalah periode kebangkitan properti Indonesia, asal semua pemangku kebijakan bersinergi.”