proestate.id – Indonesia berduka atas kehilangan salah satu ikon musik legendarisnya, Titiek Puspa, yang meninggal dunia pada Kamis, 10 April 2025, pukul 16.25 WIB di Rumah Sakit Medistra, Jakarta Selatan.
Penyanyi dan penulis lagu yang dikenal dengan karya-karya abadi seperti “Apanya Dong” dan “Kupu-Kupu Malam” ini wafat di usia 87 tahun akibat komplikasi pendarahan otak kiri yang dideritanya sejak akhir Maret 2025.
Perjalanan Hidup dan Karier
Titiek Puspa, yang lahir dengan nama asli Sudarwati pada 1 November 1937 di Tanjung, Kalimantan Selatan, memiliki perjalanan hidup yang penuh inspirasi.
Ia memulai karier musiknya setelah memenangkan kompetisi Bintang Radio di Semarang pada tahun 1954.
Sejak itu, ia terus berkarya selama lebih dari tujuh dekade, menjadikannya salah satu musisi dengan karier terpanjang di Indonesia.
Sebagai seorang seniman serba bisa, Titiek tidak hanya dikenal sebagai penyanyi tetapi juga sebagai penulis lagu, aktris, dan produser operet.
Salah satu karyanya yang paling dikenang adalah operet bertema Idul Fitri yang ditayangkan di TVRI selama beberapa dekade.
Ia juga menjadi mentor bagi banyak penyanyi muda seperti Broery Pesolima dan Saskia-Geofanny, menunjukkan dedikasinya terhadap perkembangan musik Indonesia.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan kesehatan, termasuk diagnosis kanker serviks pada tahun 2009, Titiek menunjukkan semangat juang yang luar biasa.
Selama masa pengobatannya, ia tetap produktif dengan menciptakan lebih dari 60 lagu. Keteguhan hatinya menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk terus berkarya meskipun dalam kondisi sulit.
Namun, pada akhir Maret 2025, Titiek mengalami pingsan saat syuting program Lapor Pak di Trans7 akibat pendarahan otak.
Setelah menjalani operasi yang awalnya dilaporkan berhasil, kondisinya memburuk hingga akhirnya berpulang pada tanggal 10 April 2025.
Sebagai seorang seniman besar, warisan Titiek Puspa melampaui karya-karyanya. Lagu-lagunya seperti “Gang Kelinci” dan “Bing” tidak hanya menjadi hits tetapi juga bagian dari sejarah musik Indonesia.
Selain itu, kontribusinya dalam mempopulerkan ritme Lenso bersama Bung Karno menunjukkan perannya dalam membentuk identitas musik nasional.
Titiek juga dikenal karena dedikasinya terhadap pendidikan anak melalui lagu-lagu bertema edukasi seperti “Menabung”.
Lagu ini mengajarkan pentingnya kebiasaan baik kepada generasi muda dan tetap relevan hingga kini.
Reaksi dan Penghormatan
Berita kepergian Titiek Puspa memicu gelombang duka dari berbagai kalangan. Penyanyi Inul Daratista menyebutnya sebagai sosok yang tak tergantikan dan mengungkapkan rasa terima kasih atas bimbingan serta kebaikan hati Titiek selama ini.
Ucapan belasungkawa juga datang dari para penggemar dan kolega yang mengenang kontribusi besar beliau terhadap seni dan budaya Indonesia.
Menginspirasi Generasi Mendatang
Kepergian Titiek Puspa adalah momen refleksi bagi dunia seni Tanah Air. Ia tidak hanya meninggalkan karya-karya monumental tetapi juga nilai-nilai ketekunan, kreativitas, dan cinta terhadap budaya Indonesia.
Generasi muda dapat belajar dari perjalanan hidupnya untuk terus berkarya dan memberikan dampak positif bagi masyarakat.