proestate.id – Kebijakan tarif perdagangan terbaru yang diterapkan oleh pemerintahan Donald Trump pada 5 April 2025 telah mengubah dinamika ekonomi global.
Sebanyak 76 negara dikenakan tarif impor yang bervariasi berdasarkan surplus perdagangan dan faktor geopolitik.
Artikel ini akan menguraikan:
- Negara-negara yang terkena dampak terbesar
- Sektor industri yang paling terdampak
- Respon global terhadap kebijakan tarif ini

Tarif Perdagangan Global: Negara dengan Pajak Impor Tertinggi
Afrika: Tarif Tinggi untuk Negara Berkembang
Negara-negara Afrika Sub-Sahara menghadapi tarif rata-rata 32%, yang merupakan tertinggi kedua setelah Asia Tenggara.
Negara | Tarif AS | Alasan Utama |
---|---|---|
Lesotho | 50% | Ekspor tekstil yang dianggap tidak adil |
Madagaskar | 47% | Pembatasan impor daging sapi |
Botswana | 37% | Surplus perdagangan sebesar $1,2 miliar |
Namibia | 30% | Hubungan militer dengan Rusia |
Nigeria | 16% | Subsidi bahan bakar domestik |
Asia: Perang Dagang yang Makin Kompleks
Negara-negara Asia Tenggara dan Asia Timur menjadi target utama kebijakan tarif ini.
10 Negara Asia dengan Tarif Tertinggi
- Kamboja (49%) – Manipulasi nilai tukar mata uang riel
- Laos (48%) – Ekspor karet dengan subsidi tinggi
- Myanmar (45%) – Dugaan pelanggaran hak asasi manusia
- Vietnam (46%) – Transfer teknologi paksa
- China (44%) – Subsidi industri strategis
- Taiwan (32%) – Ketergantungan teknologi semikonduktor
- Indonesia (32%) – Surplus perdagangan $14,2 miliar
- Pakistan (30%) – Dugaan pembiayaan terorisme
- India (26%) – Pembatasan impor farmasi AS
- Jepang (24%) – Kebijakan moneter deflasioner
Diperkirakan sektor tekstil dan elektronik di Asia Tenggara akan mengalami kerugian hingga $220 miliar akibat kebijakan ini.
Amerika: Tarif Selektif terhadap Negara Tetangga
Negara-negara di kawasan Amerika juga tidak luput dari kebijakan tarif ini.
Negara | Tarif AS | Faktor Penentu |
---|---|---|
Guyana | 38% | Ekspor minyak ke China |
Meksiko | 25% | Imigrasi ilegal |
Kanada | 25% | Dugaan perdagangan narkoba |
Brasil | 10% | Hubungan militer |
Argentina | 10% | Stabilitas kebijakan moneter |
Dampaknya sangat terasa di sektor otomotif, di mana 40% rantai pasok industri mobil AS bergantung pada Meksiko.
Eropa: Strategi Balasan Uni Eropa
Negara-negara Eropa merespons kebijakan tarif AS dengan langkah-langkah balasan yang cukup signifikan.
Negara/Blok | Tarif AS | Tindakan Balasan |
---|---|---|
Bosnia & Herzegovina | 35% | Tarif 20% pada kendaraan AS |
Swiss | 31% | Pembekuan perjanjian perbankan |
Uni Eropa | 20% | Tarif 25% pada jagung AS |
Inggris | 10% | Pembatasan investasi teknologi |
Uni Eropa telah mengalokasikan dana €14 miliar untuk membantu industri yang terkena dampak kebijakan ini.
Oseania dan Timur Tengah: Tarif Lebih Rendah
Negara | Tarif AS | Keistimewaan |
---|---|---|
Australia | 10% | Bagian dari AUKUS |
Selandia Baru | 10% | Ekspor susu bebas tarif |
Arab Saudi | 10% | Menjaga stabilitas harga minyak |
Qatar | 10% | Investasi infrastruktur AS |
Bagaimana Kebijakan Pajak Impor AS 2025 Diterapkan?
Pemerintahan Donald Trump menerapkan sistem pajak impor berdasarkan kombinasi dua faktor utama:
pajak dasar universal sebesar 10% dan penyesuaian tarif tambahan berdasarkan surplus perdagangan atau kebijakan ekonomi negara terkait.
Sebagai contoh, negara yang memiliki surplus perdagangan tinggi dengan AS akan dikenakan pajak impor yang lebih besar. Jika suatu negara memiliki surplus sebesar $100 miliar, maka tarif tambahan bisa mencapai 1% (karena setiap surplus $100 miliar dikenakan 1%).
Selain itu, jika negara tersebut memiliki kebijakan yang dianggap merugikan perdagangan AS seperti subsidi industri atau pembatasan impor produk AS maka pajak impornya dapat meningkat lebih jauh.
Sebagai gambaran, Lesotho memiliki surplus perdagangan sekitar $1,2 miliar, yang seharusnya menghasilkan tarif hanya 11,2% (10% pajak dasar + 1,2% dari surplus).
Namun, AS menaikkan pajak impornya hingga 50% karena alasan lain, seperti perlindungan terhadap industri tekstil dalam negeri.
Dengan mekanisme ini, negara dengan surplus perdagangan besar atau kebijakan perdagangan yang bertentangan dengan kepentingan AS akan dikenakan pajak impor lebih tinggi, sedangkan negara yang memiliki hubungan baik atau mendukung kebijakan AS akan mendapatkan pajak yang lebih rendah.
Dampak Global Kebijakan Tarif AS 2025
- Lonjakan Inflasi di AS
- Harga barang elektronik naik 18-25% sejak April 2025.
- Resesi Ekonomi di Negara Berkembang
- 28 negara berkembang diproyeksikan mengalami kontraksi ekonomi lebih dari 2%.
- Perubahan Aliansi Ekonomi
- 45 negara mulai beralih ke perdagangan non-dolar melalui BRICS+.
- Peningkatan Lapangan Kerja di AS
- 750.000 pekerjaan baru muncul di sektor manufaktur AS.
- Krisis Pangan di 17 Negara
- Negara-negara pengimpor pangan mengalami kesulitan akibat lonjakan harga impor.
Kesimpulan
Kebijakan tarif AS di bawah pemerintahan Donald Trump membawa dampak besar bagi ekonomi dunia, baik secara positif maupun negatif.
Di satu sisi, industri manufaktur AS mendapatkan dorongan. Namun, di sisi lain, negara berkembang mengalami tekanan ekonomi yang signifikan.
Langkah balasan dari negara-negara lain menunjukkan bahwa kebijakan proteksionisme ini dapat memicu perang dagang global, yang akhirnya bisa merugikan semua pihak dalam jangka panjang.