[CERPEN] Sepatu, Ilmu Pengetahuan, dan Kekuasaan

diratama
17 Min Read
[CERPEN] Sepatu, Ilmu Pengetahuan, dan Kekuasaan (Ilustrasi)

Pagi itu, aku terbangun di sebuah kota yang asing. Televisi menjeritkan berita-berita yang terasa jauh dari jangkauan realita. Obat-obatan tersebar di meja, seperti saksi bisu dari pertempuran melawan waktu. Aku meraba sepatuku yang teronggok di sudut ruangan, merasa ada sesuatu yang hilang. Perasaan ini tidak pernah lepas, seperti bayangan yang selalu mengikuti, menyimpan rahasia yang tak terungkapkan.

Di luar, kota ini hidup dalam kepadatan yang sunyi. Orang-orang berlalu-lalang dengan ekspresi kosong, seolah mereka hanyalah robot yang diprogram untuk bergerak. Ada sesuatu yang aneh di sini, sesuatu yang membuat jantungku berdegup lebih cepat dari biasanya.

Aku melangkah keluar dari hotel, merasakan angin pagi yang dingin menyapa wajahku. Di trotoar, aku melihat sebuah toko yang baru saja dibuka. Pemiliknya, seorang pria tua dengan rambut putih dan mata tajam, menyapaku dengan senyum yang terasa dipaksakan.

“Selamat pagi,” katanya. “Ada yang bisa saya bantu?”

Aku menggeleng, tapi langkahku terhenti di depan etalase yang penuh dengan buku-buku tua. Ada sesuatu yang menarikku ke sana, sebuah buku dengan sampul hitam yang tampak usang.

“Ini menarik,” kataku, menunjuk buku itu. “Apa ini?”

Pria tua itu mengangkat alisnya. “Itu adalah ‘Ilmu Pengetahuan dan Kekuasaan’, sebuah buku yang sangat langka. Penulisnya tidak diketahui, tapi isinya bisa mengubah cara pandangmu tentang dunia.”

Aku meraih buku itu, merasakan energi aneh mengalir melalui jari-jariku. “Berapa harganya?”

“Untukmu, gratis,” jawabnya. “Tapi ingat, setiap pengetahuan memiliki konsekuensi.”

Aku membawa buku itu kembali ke hotel, membukanya dengan hati-hati. Setiap halaman terasa seperti membuka pintu ke dunia yang berbeda, penuh dengan rahasia dan kekuasaan yang tak terbayangkan. Namun, semakin aku membaca, semakin aku merasa ada yang mengintai dari balik bayangan.

Malam itu, aku terbangun oleh suara berbisik. “Beri aku waktu, beri aku waktu,” suara itu bergema di telingaku. Aku merasakan sepatuku bergetar, seolah ada kehidupan di dalamnya. Dengan gemetar, aku meraih sepatu itu dan membukanya. Di dalamnya, aku menemukan sebuah kunci kecil yang berkilauan dalam cahaya remang-remang.

Keesokan harinya, aku pergi ke stasiun. Ada sesuatu yang memanggilku ke sana, sebuah perasaan yang tak bisa aku jelaskan. Di sana, aku bertemu dengan seorang wanita muda yang tampak gelisah. Dia menatapku dengan mata penuh ketakutan dan harapan.

“Kamu menemukan kuncinya,” katanya tanpa basa-basi.

Aku mengangguk. “Apa ini? Apa yang sedang terjadi?”

Dia menarik napas dalam-dalam. “Kunci itu adalah kunci untuk mengungkap misteri terbesar kota ini. Kota ini bukanlah kota biasa. Ini adalah laboratorium raksasa, tempat di mana ilmu pengetahuan dan kekuasaan bersatu untuk menciptakan dunia baru. Tapi ada sesuatu yang salah, sesuatu yang harus kita hentikan.”

Kami berjalan bersama ke sebuah bangunan tua di pinggir kota. Di sana, di ruang bawah tanah yang gelap dan dingin, kami menemukan sebuah pintu besi yang terkunci. Dengan tangan gemetar, aku memasukkan kunci itu dan memutarnya. Pintu terbuka perlahan, memperlihatkan sebuah ruangan yang dipenuhi dengan peralatan canggih dan layar monitor.

Di tengah ruangan, ada seorang pria tua yang duduk di kursi roda. Matanya tertutup, tapi bibirnya bergerak pelan, seolah berbicara dengan seseorang yang tak terlihat.

“Siapakah dia?” bisikku pada wanita itu.

“Dia adalah ilmuwan yang menciptakan kota ini,” jawabnya. “Dia adalah otak di balik semua ini. Tapi sekarang, dia hanya bisa berkomunikasi melalui pikirannya.”

Kami mendekat, dan pria itu membuka matanya. “Kalian akhirnya datang,” katanya dengan suara serak. “Waktu hampir habis.”

“Apa yang harus kita lakukan?” tanyaku.

“Matikan mesin itu,” katanya, menunjuk ke sebuah panel di sudut ruangan. “Itu adalah sumber dari semua kekacauan ini. Jika kalian berhasil, kalian bisa menyelamatkan kota ini.”

Dengan hati-hati, kami mendekati panel itu. Ada ratusan tombol dan sakelar, tapi hanya satu yang berwarna merah terang. Aku menatap wanita itu, dan dia mengangguk. Dengan satu gerakan cepat, aku menekan tombol itu.

Segera setelah itu, semua lampu di ruangan itu padam. Layar monitor mati satu per satu, meninggalkan kami dalam kegelapan total. Aku merasakan sesuatu berubah di udara, sebuah perasaan lega yang tak bisa dijelaskan.

Ketika lampu kembali menyala, kami melihat pria tua itu tersenyum. “Kalian berhasil,” katanya. “Kota ini akan kembali normal.”

Kami keluar dari bangunan itu, merasakan angin segar yang terasa lebih bersih dari sebelumnya. Kota ini telah diselamatkan, tapi misteri yang tersimpan di dalamnya akan selalu menjadi bagian dari sejarah yang tak terlupakan.

***

Keesokan harinya, aku kembali ke toko buku itu, berharap menemukan pria tua yang memberiku buku itu. Namun, toko itu sudah tutup dan terlihat tak berpenghuni. Aku berdiri di depan etalase yang kosong, merasa ada yang hilang.

“Siapakah dia?” pikirku. “Dan apa yang sebenarnya terjadi?”

Tapi mungkin, beberapa pertanyaan memang tidak pernah mendapatkan jawaban. Aku merasakan sepatuku yang masih bergetar pelan, seolah menyimpan rahasia yang tak akan pernah terungkap.

Di dalam hati, aku tahu, kota ini adalah tempat di mana ilmu pengetahuan dan kekuasaan bertemu, menciptakan dunia yang penuh dengan misteri dan keajaiban. Dan aku, hanyalah bagian kecil dari cerita besar yang akan terus berlanjut.

***

Beberapa bulan kemudian, aku mendengar kabar tentang sebuah penemuan besar di kota itu. Para ilmuwan menemukan teknologi baru yang bisa mengubah cara hidup manusia. Mereka menyebutnya “Masa Depan”.

Aku kembali ke kota itu, merasa ada sesuatu yang memanggilku kembali. Di sana, aku bertemu dengan wanita muda itu lagi. Dia tampak lebih tenang sekarang, dengan senyum yang penuh keyakinan.

“Kamu kembali,” katanya.

“Aku merasa ada sesuatu yang belum selesai,” jawabku.

Dia mengangguk. “Benar. Masih ada banyak yang harus kita pelajari. Tapi satu hal yang pasti, kita telah membuat perubahan besar. Dan itu semua dimulai dari sebuah kunci kecil yang kamu temukan.”

Kami berjalan bersama ke pusat kota, di mana sebuah patung baru berdiri megah. Patung itu adalah simbol dari kekuatan ilmu pengetahuan dan kekuasaan yang telah menyelamatkan kota ini. Di bawah patung itu, tertulis sebuah kata: Harapan.

Aku menatap patung itu dengan perasaan bangga. Aku tahu, ini adalah awal dari perjalanan baru. Dan apapun yang terjadi, aku akan selalu menyimpan kenangan ini di dalam hatiku. Kenangan tentang sebuah kota, sebuah kunci, dan sebuah petualangan yang mengubah segalanya.

***

Waktu berlalu, dan kota itu berkembang menjadi pusat inovasi dan teknologi. Orang-orang datang dari seluruh dunia untuk melihat keajaiban yang telah tercipta di sini. Tapi di balik semua itu, ada satu rahasia yang hanya diketahui oleh sedikit orang.

Aku, wanita muda itu, dan pria tua yang memberiku buku itu, adalah bagian dari sebuah cerita yang lebih besar dari diri kami sendiri. Sebuah cerita tentang perjuangan, pengorbanan, dan harapan.

Dan setiap kali aku melihat sepatuku, aku teringat akan hari-hari itu. Hari-hari di mana aku belajar bahwa ilmu pengetahuan dan kekuasaan bisa menjadi alat yang sangat kuat, jika digunakan dengan bijak.

Jadi, jika kamu pernah merasa ada sesuatu yang aneh atau misterius di sekitarmu, ingatlah bahwa di balik setiap misteri, selalu ada jawaban yang menunggu untuk ditemukan. Dan mungkin, hanya mungkin, kamu adalah kunci untuk mengungkap rahasia itu.

***

Share This Article
Pecinta Bahasa yang Elegan dan Santun, Menyukai Sastra dan Hal-hal Unik.