Proestate.id – Dalam upaya memperkuat fondasi ekonomi nasional dan menarik investasi berskala besar, pemerintah Indonesia membentuk Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).
Lembaga ini tidak hanya menarik perhatian karena potensi pengelolaan asetnya yang mencapai lebih dari Rp14.700 triliun (US$900 miliar), tetapi juga karena keterlibatan tokoh-tokoh besar dunia sebagai Dewan Penasihat, termasuk Ray Dalio dan Thaksin Shinawatra.
Artikel ini akan mengulas secara mendalam profil kedua tokoh internasional ini, pengaruh strategis mereka, serta dampaknya terhadap arah investasi Danantara dan ekonomi Indonesia secara keseluruhan.
Siapa Ray Dalio? Investor Global yang Membawa Prinsip Tata Kelola ke Danantara
Ray Dalio adalah pendiri Bridgewater Associates, hedge fund terbesar di dunia, yang hingga 2025 mengelola aset senilai lebih dari US$112 miliar (Forbes, 2025). Dalio dikenal luas karena pendekatan investasi berbasis prinsip dan data. Buku karyanya, Principles: Life and Work, menjadi panduan bisnis yang banyak dijadikan referensi oleh pemimpin dunia.
Apa Relevansi Dalio di Danantara?
Penunjukan Dalio sebagai penasihat strategis Danantara memberikan sinyal bahwa Indonesia serius dalam menerapkan standar pengelolaan investasi kelas dunia. Dalio membawa tiga kekuatan utama:
- Keahlian Makroekonomi: Dalio ahli dalam membaca siklus ekonomi dan strategi portofolio jangka panjang.
- Prinsip Tata Kelola: Ia memperkenalkan konsep radical transparency yang menekankan keterbukaan dalam pengambilan keputusan — aspek penting dalam pengelolaan dana publik.
- Reputasi Global: Nama Dalio memberi daya tarik besar bagi investor global, terutama sovereign wealth fund dan lembaga keuangan internasional.
Menurut Reuters (24 Maret 2025), kehadiran Dalio di Dewan Penasihat Danantara dianggap sebagai salah satu nilai jual utama bagi investor luar negeri yang sebelumnya masih ragu terhadap risiko governance di Indonesia.
Siapa Thaksin Shinawatra? Sosok Bisnis-Politik Asia Tenggara yang Sarat Kontroversi
Thaksin Shinawatra adalah mantan Perdana Menteri Thailand (2001–2006) dan pendiri Thai Rak Thai Party. Ia juga seorang pengusaha sukses yang memiliki perusahaan besar di bidang telekomunikasi, termasuk Shin Corporation.
Peran Thaksin di Danantara
Penunjukan Thaksin ke dalam Dewan Penasihat Danantara memicu diskusi publik — terutama karena rekam jejak politiknya yang penuh kontroversi. Namun, dilihat dari sisi strategis, Thaksin membawa:
- Jaringan Diplomasi dan Bisnis di Asia: Terutama di ASEAN dan China, dua mitra penting Indonesia.
- Wawasan Bisnis Emerging Market: Pengalamannya dalam mengembangkan Thailand lewat pendekatan populis bisa memberi perspektif baru bagi model investasi di sektor pangan dan UMKM.
- Kemampuan Manuver Geopolitik: Dalam dunia investasi publik, hubungan politik dengan negara lain sangat berpengaruh. Thaksin membuka pintu itu.
Menurut laporan Kompas dan Reuters (2024), meski Thaksin menghadapi tuduhan penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi, ia tetap memiliki jaringan pengaruh yang kuat di Asia Tenggara. Penunjukannya ke Danantara adalah bagian dari strategi untuk memperluas cakupan diplomasi ekonomi Indonesia di kawasan ini.
Kontroversi dan Catatan Kritis
Ray Dalio: Tantangan dari Dunia Barat
Dalio beberapa kali dikritik karena kedekatannya dengan kebijakan Tiongkok dalam model investasi.
Dalam wawancara dengan CNBC (2021), ia menyebut bahwa pendekatan “otoriter tetapi efisien” bisa menjadi model bagi negara berkembang. Hal ini bisa menimbulkan kekhawatiran jika prinsip itu diterapkan tanpa perlindungan HAM atau transparansi publik.
Thaksin Shinawatra: Luka Politik Thailand
Thaksin digulingkan dalam kudeta militer tahun 2006 dan hidup dalam pengasingan selama 15 tahun. Ia dituduh menyalahgunakan kekuasaan, terutama saat menjual saham Shin Corp ke perusahaan Singapura tanpa membayar pajak, yang memicu protes besar di Thailand (BBC News, 2006).
Kontroversi lainnya adalah operasi “Perang Melawan Narkoba” tahun 2003 yang menyebabkan lebih dari 2.200 kematian dalam tiga bulan — yang menurut organisasi HAM internasional termasuk Human Rights Watch sebagai pelanggaran berat terhadap HAM.
Namun, SindoNews (25 Maret 2025) melaporkan bahwa penunjukan Thaksin dilakukan dengan mempertimbangkan jaringan bisnis dan politiknya di kawasan Asia, dan bahwa Danantara akan tetap mengedepankan transparansi dan akuntabilitas.
Dampak Strategis bagi Investasi Danantara Indonesia
1. Meningkatkan Daya Tarik Global
Kehadiran Dalio dan Thaksin di Dewan Penasihat dapat membantu Indonesia bersaing dengan lembaga serupa seperti Temasek (Singapura) dan Khazanah Nasional (Malaysia), yang selama ini menjadi benchmark sovereign fund di Asia.
2. Mendorong Standar Internasional
Dengan prinsip-prinsip yang diusung Dalio, Danantara bisa mengadopsi model investasi berbasis tata kelola dan keberlanjutan jangka panjang (ESG investment).
3. Memperluas Diplomasi Ekonomi
Thaksin, meski kontroversial, memiliki akses luas ke jaringan elit politik dan bisnis di ASEAN, yang bisa dimanfaatkan untuk membangun kepercayaan dan memperluas jejaring investasi lintas negara.
Kesimpulan: Jalan Baru Investasi Indonesia?
Penunjukan Ray Dalio dan Thaksin Shinawatra ke dalam Dewan Penasihat Danantara adalah keputusan yang berani dan strategis.
Di satu sisi, mereka membawa reputasi, pengalaman, dan jaringan global yang luar biasa. Di sisi lain, kontroversi yang menyertai mereka menjadi ujian bagi komitmen Danantara terhadap tata kelola dan transparansi.
Namun, jika dikawal dengan baik, Danantara bisa menjadi platform investasi berkelas dunia, yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia secara berkelanjutan dan inklusif.
Jika Danantara ingin menjadi kekuatan baru di dunia investasi global, maka pengawasan publik, transparansi kebijakan, dan keberanian menavigasi tantangan etika akan menjadi fondasi penting menuju legitimasi yang sejati.