ESG Reporting: Tren Transparansi atau Beban Baru bagi Perusahaan?

tari
By tari
8 Min Read
ESG Reporting: Tren Transparansi atau Beban Baru bagi Perusahaan? (Ilustrasi)

ProEstate.id – Di tengah upaya global untuk mengatasi tantangan perubahan iklim dan mendorong keberlanjutan, Bursa Efek Indonesia (BEI) meluncurkan ESG Reporting, sebuah fitur pelaporan keberlanjutan yang diintegrasikan dalam sistem Sarana Keterbukaan Informasi Bagi Perusahaan Tercatat (SPE-IDXnet).

Fitur ini bertujuan untuk meningkatkan transparansi perusahaan terhadap metrik lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG), sekaligus mendukung inisiatif pembangunan berkelanjutan.

Namun, sejauh mana ESG Reporting menjadi peluang untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan atau justru menjadi beban administratif yang berlebihan?

Mengenal ESG Reporting: Mendorong Transparansi Perusahaan

ESG Reporting menggunakan standar ASEAN Exchanges Common ESG Metrics yang selaras dengan Peraturan OJK Nomor 51/POJK.03/2017 dan Surat Edaran OJK Nomor 16/SEOJK.04/2021.

Standar ini dirancang untuk membantu perusahaan mencatat dan melaporkan dampak operasional mereka terhadap lingkungan, kesejahteraan sosial, dan tata kelola perusahaan secara konsisten.

Menurut Kautsar Primadi Nurahmad, Sekretaris Perusahaan BEI, peluncuran ESG Reporting pada 22 Januari 2025 diharapkan mampu “mendorong transparansi data keberlanjutan perusahaan tercatat, serta memberikan panduan bagi investor dalam membuat keputusan yang lebih bertanggung jawab.”

Pernyataan ini dikutip dari wawancara dengan media Akurat.co, yang menyoroti pentingnya inisiatif ini bagi pasar modal Indonesia.

Keberadaan ESG Reporting sejalan dengan tren global di mana investor semakin tertarik pada perusahaan yang memiliki komitmen terhadap keberlanjutan.

Sebuah laporan dari Global Sustainable Investment Alliance (GSIA) menunjukkan bahwa aset global yang diinvestasikan dalam portofolio berkelanjutan mencapai USD 35,3 triliun pada tahun 2020 dan terus meningkat.

Hal ini menandakan permintaan pasar yang kuat terhadap perusahaan yang transparan dalam isu-isu keberlanjutan.

Namun, ESG Reporting tidak hanya menjadi peluang untuk meningkatkan daya saing. Pelaporan ini juga dihadapkan pada tantangan besar yang melibatkan kesiapan perusahaan dalam mengimplementasikan standar pelaporan yang rumit dan administrasi tambahan yang mungkin dirasa memberatkan oleh sebagian entitas bisnis.

Manfaat ESG Reporting bagi Perusahaan

Meningkatkan Kredibilitas dan Daya Saing

Dengan menerapkan ESG Reporting, perusahaan dapat meningkatkan transparansi operasional, yang pada gilirannya dapat membangun kepercayaan investor dan publik. Laporan ESG yang terintegrasi memungkinkan pemangku kepentingan memahami dampak sosial dan lingkungan dari aktivitas perusahaan.

Studi oleh Harvard Business School mengungkapkan bahwa perusahaan yang unggul dalam praktik ESG memiliki risiko yang lebih rendah terhadap litigasi, skandal reputasi, dan gejolak pasar. Selain itu, indeks saham yang berbasis ESG sering kali menarik lebih banyak investor, seperti Indeks SRI-KEHATI di Indonesia.

Memperluas Akses ke Investasi Berkelanjutan

Dalam konteks global, perusahaan yang memiliki skor ESG yang baik lebih mudah menarik investor institusional yang memprioritaskan keberlanjutan. Investor cenderung melihat perusahaan dengan tata kelola yang baik sebagai investasi yang stabil dan berjangka panjang.

Mendukung Inovasi dan Efisiensi Operasional

Proses pelaporan ESG sering kali memaksa perusahaan untuk mengevaluasi kembali operasional mereka. Hal ini dapat mendorong inovasi dan meningkatkan efisiensi, misalnya melalui pengurangan limbah, pengelolaan sumber daya yang lebih baik, dan penerapan teknologi ramah lingkungan.

Tantangan Implementasi ESG Reporting di Indonesia

Kesiapan Perusahaan Tercatat

Tidak semua perusahaan tercatat di BEI memiliki kapasitas atau infrastruktur untuk memenuhi persyaratan pelaporan ESG. Menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sebagian besar perusahaan di Indonesia masih berada pada tahap awal dalam memahami dan mengimplementasikan praktik ESG. Perusahaan kecil dan menengah (UMKM) menghadapi tantangan yang lebih besar dibandingkan perusahaan besar yang memiliki sumber daya lebih memadai.

Kompleksitas Pelaporan

ESG Reporting melibatkan metrik yang kompleks, seperti pengukuran emisi karbon, dampak sosial, dan praktik tata kelola yang beragam. Tanpa panduan yang jelas, perusahaan bisa kesulitan dalam mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data secara akurat.

Biaya Administrasi Tambahan

Proses pelaporan ESG membutuhkan alokasi sumber daya tambahan, baik dari segi tenaga kerja maupun teknologi. Bagi perusahaan kecil, biaya ini bisa menjadi penghalang utama untuk menerapkan pelaporan ESG yang komprehensif.

Kurangnya Edukasi dan Kesadaran

Banyak perusahaan yang belum menyadari pentingnya ESG Reporting atau tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk menerapkannya. Hal ini memerlukan upaya dari pemerintah, regulator, dan BEI untuk memberikan edukasi yang lebih luas kepada perusahaan-perusahaan tercatat.

ESG Reporting: Peluang atau Beban?

ESG Reporting dapat dilihat sebagai pedang bermata dua. Di satu sisi, inisiatif ini memberikan peluang besar untuk meningkatkan transparansi, daya saing, dan inovasi.

Di sisi lain, jika tidak dikelola dengan baik, ESG Reporting bisa menjadi beban administratif yang mengurangi efisiensi perusahaan.

Menurut Dr. Sarah Jones, seorang ahli keberlanjutan dari University of Cambridge, keberhasilan implementasi ESG Reporting sangat bergantung pada regulasi yang jelas dan dukungan teknis bagi perusahaan.

“Tanpa panduan yang konkret, perusahaan cenderung melihat ESG Reporting sebagai formalitas yang membebani, bukan sebagai peluang strategis,” ujarnya dalam publikasi Cambridge Sustainability Review.

Di Indonesia, OJK dan BEI telah mengambil langkah signifikan dengan menyediakan standar ASEAN Exchanges Common ESG Metrics. Namun, pertanyaannya adalah apakah langkah ini cukup untuk mendorong partisipasi luas, terutama di sektor UMKM yang menghadapi kendala sumber daya?

Rekomendasi untuk Meningkatkan Efektivitas ESG Reporting

  1. Panduan Teknis yang Komprehensif BEI perlu menyediakan panduan teknis yang lebih komprehensif untuk membantu perusahaan memahami dan menerapkan standar ESG Reporting. Workshop, webinar, dan pelatihan dapat menjadi langkah strategis untuk meningkatkan kesadaran dan kapasitas perusahaan.
  2. Insentif bagi Perusahaan Pemerintah dan regulator dapat memberikan insentif, seperti pengurangan pajak atau akses ke pembiayaan hijau, bagi perusahaan yang berhasil menerapkan ESG Reporting. Insentif ini dapat mendorong lebih banyak perusahaan untuk berpartisipasi.
  3. Kolaborasi dengan Institusi Keuangan Bank dan lembaga keuangan dapat berperan aktif dalam mendorong adopsi ESG Reporting dengan menyediakan pembiayaan atau insentif bagi perusahaan yang memiliki skor ESG yang baik.
  4. Pengembangan Teknologi Pendukung Solusi teknologi seperti perangkat lunak pelaporan otomatis dapat membantu perusahaan mengurangi beban administratif dalam pelaporan ESG. Teknologi ini juga dapat meningkatkan akurasi dan konsistensi data yang dilaporkan.

Kesimpulan

ESG Reporting adalah langkah maju yang signifikan dalam mendorong transparansi dan keberlanjutan di Indonesia. Inisiatif ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan, memperluas akses ke investasi hijau, dan mendorong inovasi. Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada kesiapan perusahaan, regulasi yang jelas, dan dukungan dari pemerintah serta lembaga terkait.

Dengan mengatasi tantangan yang ada, ESG Reporting tidak hanya menjadi alat pelaporan formalitas, tetapi juga strategi transformasi yang membawa manfaat jangka panjang bagi perusahaan dan perekonomian nasional secara keseluruhan. Sebagai bagian dari pasar global, perusahaan di Indonesia memiliki peluang besar untuk menunjukkan kepemimpinan mereka dalam keberlanjutan dan tata kelola yang baik.

Share This Article
Saya adalah seseorang yang melihat bisnis sebagai seni memecahkan masalah, dan ekonomi sebagai cermin perilaku manusia. Bagiku, angka-angka bukan sekadar data mereka adalah cerita tentang bagaimana kita bekerja, berinovasi, dan bertahan dalam dunia yang terus berubah. Dengan pendekatan kritis namun mudah dicerna, saya berusaha membongkar kompleksitas bisnis dan ekonomi menjadi wawasan praktis yang bisa langsung diterapkan. Dari strategi startup hingga tren pasar global, saya selalu mencari cara untuk menghubungkan teori dengan realitas sehari-hari. "Bisnis bukan soal untung rugi semata, tapi soal menciptakan nilai. Ekonomi adalah cara kita memahami dunia."