Tesla Kolaps 27% di 2025: Elon Musk Mundur dari Trump Benarkah Dipicu Gaji Rp 800 T yang Kontroversial!

diratama
By
diratama
Diratama memiliki 10 tahun pengalaman dalam investasi properti dan pasar real estat. Ia berfokus pada tren pasar dan strategi investasi jangka panjang, memberikan wawasan yang berbasis...
5 Min Read
Tesla Kolaps 27% di 2025: Elon Musk Mundur dari Trump Benarkah Dipicu Gaji Rp 800 T yang Kontroversial! (Ilustrasi)

proestate.id – Pada 5 April 2025, Elon Musk mengundurkan diri sebagai kepala Departemen Efisiensi Pemerintahan (DOGE) di bawah Presiden Donald Trump.

Keputusan ini bukan sekadar pergantian jabatan politik biasa. Bersamaan dengan mundurnya Musk, Tesla perusahaan yang membuatnya menjadi ikon industri otomotif listrik mencatat penurunan penjualan terburuk dalam tiga tahun terakhir:

27% pada kuartal pertama 2025. Apa artinya ini bagi masa depan Tesla, dan bagaimana kiprah Musk di ranah politik mempercepat krisis kepercayaan investor?

Dualitas Musk: Antara Kebijakan Publik dan Krisis Tesla

Musk ditunjuk memimpin DOGE pada Januari 2025 dengan misi memangkas defisit anggaran AS $1 triliun. Namun, dalam 100 hari, departemennya hanya menghemat $140 miliar melalui PHK 56.000 pegawai pemerintah dan penjualan aset strategis.

Kebijakan ini memicu protes buruh dan kritik Senator Elizabeth Warren, yang menuding Musk abai terhadap konflik kepentingan setelah DOGE membeli 5.000 Cybertruck senilai $375 juta tanpa tender terbuka.

Di sisi lain, kehadiran Musk di pemerintahan justru menjadi bumerang bagi Tesla. Penjualan di Eropa anjlok 50% akibat persaingan BYD dan Volkswagen ID.7, sementara kenaikan suku bunga Fed menjadi 6,25% meredam permintaan di AS.

Transisi ke Model Y generasi kedua yang tertunda memperparah situasi. “Fokus Musk yang terbelah antara DOGE dan Tesla jelas berdampak pada inovasi dan respons perusahaan terhadap persaingan,” ujar analis Gizchina.

Pecah Kongsi Pemegang Saham: $56 Miliar yang Memecah Belah

Volatilitas saham Tesla (TSLA) mencapai puncaknya pada Maret 2025, dengan harga terjun 32% ke level $220 sebelum rebound ke $278.

Penyebab utamanya? Paket gaji Musk senilai $56 miliar yang dibatalkan pengadilan Delaware pada Februari 2025.

CalPERS dana pensiun terbesar AS menentang rencana ini, sementara T. Rowe Price mendukung dengan argumen “keselarasan kepentingan jangka panjang”.

Pertemuan pemegang saham pada 13 Juni 2025 akan menjadi referendum atas kepemimpinan Musk.

Proposal relokasi kantor pusat ke Texas dinilai sebagai taktik untuk mengonsolidasikan dukungan dari investor pro-Musk.

Namun, Investor Governance International mendesak pemisahan jabatan CEO dan Ketua Dewan Direksi—langkah yang bisa melemahkan posisi Musk.

Kebijakan Trump: Bumerang atau Peluang untuk Tesla?

Kebijakan Trump membawa dampak ambivalen. Di satu sisi, tarif impor 20% untuk komponen baterai Eropa menaikkan biaya produksi Tesla di Jerman sebesar 15%, memaksa kenaikan harga Model 3 sebesar $3.000.

Di sisi lain, insentif pajak $7.500 untuk kendaraan listrik produksi domestik di AS menguntungkan pabrik Tesla di Texas dan Nevada.

Namun, transaksi DOGE dengan Tesla menuai kecaman. “Ini contoh klasik konflik kepentingan yang merusak tata kelola perusahaan,” kritik Warren.

Status Musk sebagai “pegawai pemerintah khusus” yang membebaskannya dari pengungkapan keuangan tambah memperkeruh reputasi Tesla di mata publik.

Masa Depan Tesla: Strategi Penyembuhan atau Jatuh Terlalu Dalam?

Untuk bangkit, Tesla berencana meluncurkan Model 2 seharga $25.000 pada akhir 2025, menargetkan pasar massal Asia Tenggara dan Amerika Latin.

Pabrik baru di Maharashtra, India dengan kapasitas 500.000 unit/tahun menjadi tulang punggung strategi ini. Di bidang teknologi, kolaborasi dengan Panasonic untuk baterai solid-state menjanjikan peningkatan jarak tempuh 50% pada 2026.

Namun, pertanyaan terbesar tetap pada Musk: Bisakah ia fokus penuh menyelamatkan Tesla?

Analis Heygotrade memprediksi saham Tesla bisa mencapai $360 dalam setahun jika margin laba kotor membaik. Tapi, tanpa restrukturisasi tata kelola yang transparan, kepercayaan investor sulit pulih.

Kesimpulan: Tesla di Persimpangan Sejarah

Pengunduran diri Musk dari DOGE mungkin menjadi berkah terselubung untuk Tesla—kesempatan untuk merebut kembali fokus yang hilang. Namun, jalan menuju pemulihan dipenuhi ranjau: persaingan global, perpecahan internal, dan warisan kebijakan politik yang kontroversial.

Seperti kata pepatah Wall Street: Perusahaan sehebat apa pun tak bisa bertahan tanpa kepercayaan. Musk kini diuji bukan hanya sebagai visioner, tetapi juga sebagai pemimpin yang mampu menyeimbangkan ambisi pribadi dan tanggung jawab kepada pemegang saham.

Jika gagal, Tesla mungkin hanya akan menjadi kisah tentang bagaimana genius dan kontroversi berakhir dalam kegelapan pasar.

Share This Article