[CERPEN] Di Bawah Langit Jakarta 1945

diratama
7 Min Read
[CERPEN] Di Bawah Langit Jakarta 1945 (Ilustrasi)

4

Malam semakin larut, dan keempat orang itu duduk melingkar di tengah ruangan yang remang-remang. Mereka berbicara dengan suara berbisik, merencanakan langkah selanjutnya.

Contents

“Ratna, apa yang ayahmu katakan tentang tempat ini?” tanya Pak Dirman dengan penuh perhatian.

Ratna membuka buku tua itu dan menunjukkan sebuah halaman. “Ada mesin waktu yang tersembunyi di bawah bangunan ini. Ayahku menyebutnya ‘Gerbang Waktu’. Dengan mesin itu, kita bisa kembali ke masa lalu dan mengubah sejarah.”

Hasan menggelengkan kepala, tampak tidak percaya. “Ini terdengar seperti cerita fiksi ilmiah. Bagaimana kita bisa mempercayainya?”

Pak Dirman menatap Hasan dengan mata penuh keyakinan. “Terkadang, kenyataan lebih aneh daripada fiksi. Kita harus mencoba.”

Mereka mulai mencari pintu rahasia yang disebut dalam buku itu. Setelah beberapa jam, mereka menemukan sebuah panel tersembunyi di lantai. Ratna membuka panel itu, dan di bawahnya terdapat tangga yang mengarah ke ruang bawah tanah.

5

Ruang bawah tanah itu dipenuhi dengan mesin-mesin tua yang berkarat, namun di tengah ruangan terdapat sebuah mesin besar yang terlihat masih berfungsi. Ratna mendekati mesin itu dengan hati-hati, menekan beberapa tombol yang sesuai dengan petunjuk di buku.

Mesin itu mulai bergetar dan mengeluarkan suara berdengung. Cahaya biru mulai memenuhi ruangan, dan keempat orang itu merasakan angin dingin yang tiba-tiba berhembus.

“Kita benar-benar akan melakukannya,” bisik Budi dengan suara gemetar.

Pak Dirman menepuk bahu Budi. “Ini adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan Jakarta. Kita harus kembali ke tahun 1945 dan menghentikan musuh sebelum mereka beraksi.”

Cahaya semakin terang, dan mereka merasa tubuh mereka mulai terangkat. Dalam sekejap, mereka lenyap dari ruangan itu, meninggalkan hanya keheningan dan mesin yang masih berdengung.

6

Mereka tiba di Jakarta 1945, di tengah kekacauan perang dan ancaman yang membayangi. Suasana kota penuh dengan suara tembakan dan ledakan. Pak Dirman, Budi, Ratna, dan Hasan bersembunyi di balik reruntuhan gedung.

“Kita harus menemukan markas musuh dan menghentikan rencana mereka,” kata Pak Dirman tegas.

Budi mengangguk. “Tapi bagaimana kita bisa menemukan mereka di tengah kekacauan ini?”

Ratna menunjukkan peta yang terdapat di buku ayahnya. “Ayah pernah mencatat posisi markas musuh di sini. Kita bisa mengikuti petunjuk ini.”

Mereka bergerak dengan hati-hati, menghindari patroli musuh dan reruntuhan bangunan. Setelah beberapa jam, mereka tiba di sebuah gedung besar yang terlihat dijaga ketat. Pak Dirman mengintip dari balik tembok, mengamati gerakan musuh.

“Kita harus masuk dan menghancurkan sumber kekuatan mereka,” bisik Pak Dirman.

Share This Article
Pecinta Bahasa yang Elegan dan Santun, Menyukai Sastra dan Hal-hal Unik.